Wanita Dikala Senja

Hari itu aku termenung, dikala langit lupa menampakan warna birunya. Hanya semburat-semburat merah diantara awan yang aku lihat kala menetap hamparan langit yang begitu luas.......
Dari kejauhan aku melihat sebentuk bayangan yang mirip wanita yang sedang menangis, aku tak tau dia sedang sedih atau sedang bahagia.....

Karena rasa penasaranku yang amat besar, dan benar-benar tidak dapat ternbendung. Aku memicingkan mata dan menajamkan pupil, melihat bayangan yang memang aku pikir mirip wanita. Aku berusaha tenang dan diam mencoba membaca perasaan si wanita itu. Membiarkannya berlarut-larut dan memikirkan apa yang ingin ia sampaikan......

Aku begitu ingin menatapnya lekat-lekat, aku kasihan padanya. Ia sepertinya tidak menyadari betapa indahnya langit saat itu.... Aku merasa aku kenal dengan wanita ini, dia tidak begitu asing bagiku. Tapi aku tidak bisa mengingat siapa dia, padahal dengan bersikeras aku mencoba mengingat-ngingat siapa dia.

Dia mulai bicara, aku dengan seksama mendengarkan setiap kata yang ia ucapkan dari bibirnya. Suaranya agak parau, aku hafal sekali dengan suaranya tapi aku pikir mungkin karena  ia terlalu banyak menangis. Aku malas mengingat-ngingat dan aku pikir itu semua akan sia-sia kareana aku benar-benar tidak tahu siapa wanita ini. Seketika aku merasakan perasaan yang tak nyaman. Tapi aku membatu ditempat itu seolah terjebak dan tak bisa meninggalkan wanita itu.

Kasihan wanita itu, ia terjebak pada sesuatu yang dinamakan takdir. Ketika ia tak bisa menyerah pada perasaan .Ia berlindung pada perasaan sebentuk kasih yang ingin ia simpan. Aku pikir dia memang tulus mencintai, hanya saja selalu ada sang waktu..... waktu datang disaat yang salah yang membuat si wanita itu terlihat kasihan. Ia bahagia tapi ia juga sedih........ Ia selalu bingung dan tidak pernah mengerti........
Masa depan adalah misteri, dia tidak akan tahu apa yang akan terjadi. Dan yang akan terjadi adalah rencana terbaik tuhan.

Dalam hati aku berdoa sambil menahan nafas dan aku pikir aku juga ingin menangis, tapi aku tak ingin membuat wanita itu menangis lagi. Aku tersenyum padanya, seolah aku tak penah mendengar ceritanya.
Aku terkejut menyadari malam sudah gelap dan banyak titik garis yang terbentuk dari bintang-bintang menghiasi langit. Bulan menampakan setengah tubuhnya. Kemudian aku pergi, dan melupakan apa yang terjadi   tentang wanita dikala senja,  tapi aku tidak akan pernah melupakan lukisan tuhan yang bernama senja......
Terima kasih Senja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP Inquiry IPS

Hymne SMAN 11 Bandung

Always aka Only You